DIKSI SEBAGAI SENI BAHASA
DIKSI SEBAGAI SENI BAHASA
Pertemuan ke-18
Jum’at, 4 Agustus 2023
Moderator : Widya Arema
Narasumber : Maydearly /Maesaroh, M.Pd
Hatiku stasiun. Tempat
pertemuan dan perpisahan membekas dengan luka. Sebagai satu-satunya kereta yang
melintas. Hatimu kultus pemujaan, Sedangkan rasaku hanya jelata yang berjuang
untuk sebaya. Mencoba meraba, merupa apa-apa, hingga berakhir lelah yang lupa
bahagia. Sebagai penulis, penggemar bahasa dan sastra pasti peka akan bahasa
indah yang menggugah selera dan rasa. Semudah melentingkan nafas di udara.
Begitu pula menuliskan untaian kalimat indah yang kita kenal dengan DIKSI.
Memang semudah itu ? Ee gak percaya yaa..
Kita buktikan dengan
masuk kelas malam ini bersama Queen of Diction seorang narasumber KBMN 29
pertemuan ke-18 yang akan mengajak kita berdansa dalam diksi.
Untuk membuka materi
malam ini, yuk kita baca puisi berikut ini. Semoga sedikit memberi gambaran
talenta narasumber kita malam ini dalam menarikan kata dalam diksi.
Created by: Maydearly
Kau tahu apa yang lebih menyedihkan?
Merinduimu di setiap keping nafas tanpa terbias.
Aku merinduimu melebihi resep minum obat
Walau harus ku hitung waktu lewat puluhan jari
Jawabanku masih tetap merinduimu.
Tataplah, ada banyak rindu yang bertebaran di langit
Petiklah satu demi satu sebagai ayat rinduku
Langit itu kini tak lagi dingin, kabar darimu tak lagi mampir
Menawan batinku dengan berjuntai tanya dan khawatir.
Biarkan aku menenggelamkan diri dalam kubangan rindu
Semangkuk harap kupersiapkan menuju kedatanganmu
Sebab, merinduimu adalah memupuk kalori semanis madu.
(Lebak, 20 Mei 2023.)
Untaian kata kadang membuat kita terbang merotasi udara.
Seuntai kata, kadang membuat rona merah di wajah.
Seuntai kata kadang bisa membuat kita jatuh cinta.
Tapi.. Seuntai kata bisa juga membuat kita terpuruk jatuh tak berdaya.
Sobat literasi sebelum kita melaju,
mari kita lepaskan segala penat,
galau yang menhempas dada.
Tundukkan jiwa dalam rasa penuh rinai syukur.
Berdoa dipersilahkan. Seperti biasa pertemuan ini kita akan bagi dalam 4 sesi
1. Pembukaan
2. Paparan materi melalu chat WA grup
3. Tanya jawab
4. Penutup
Mengenal membuat kita tahu,
mengenal membuat kita rindu,
mengenal membuat rasa
tercampur menjadi satu.
Sungguh sangat indah dan menyenangkan KBMN 29 pertemuan ke-18 ini diawali dengan diksi yang puitis, menyejukkan hati, dan menenteramkan jiwa karena dipandu oleh seorang moderator yang juga piawai dalam berpuisi yaitu Widya Arema. Sedangkan narasumbernya adalah Maydearly yang nama aslinya adalah Maesaroh, M.Pd seorang guru di SMPN 1 Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. Untuk mengetahui secara detail biodatanya berikut link yang bisa diakses http://maydearly.blogspot.com/2021/07/biodata.html.
Sadarlah, aku telah
mencintaimu dengan terengah-engah. Mencibir oksigen dengan menjadikanmu
satu-satunya udara yang boleh mengisi setiap rongga. Apa kabarnya penghuni
Tanah Baduy, apakah udara malam Lebak membuatmu bersemangat selincah udara yang
berotasi ? Tentu, pori-pori angin di Tanah Baduy masih seirama dengan hangatnya
kelas malam ini.(jawab narasumber)
Rasa letih membuat kami
disini menunggu tarian diksi. Menghibur jiwa yang letih karena rida aktivitas
yang menggilas diri ini. Tarikan diksimu disini bunda, dan buat kami bertepuk
tangan meriah dengan hati penuh rasa yang membuncah. Dawai pujianmu terlampau
meninggi Nyonya, aku hanya akan mengiring rintik hening lewat rotasi nada agar
malam ini lebih bermakna.
Mungkin sapamu tak sampai
di telinga kami, tapi cukuplah urutan kata yang berjeda menyapa kami di kelas
KBMN malam ini. Tentu itu sudah jadi Tugasku Nyonya
Sahut menyahut tiada
henti antara moderator dan narasumber melalui diksi yang indah akhirnya agar tidak
berpanjang lebar moderator mempersilahkan narasumber The Queen Of Diction untuk
menyampaikan materinya.
Marilah kita sambut narasumber kita yang luar
biasa malam hari ini
Assalamualaikum Wr. Wb
Waalaikum salam...
hangat menelisip dalam rongga dadaku.
Jika waktu hanya sepelemparan, kuserahkan layar hari ini padamu.
Segera isi gelas kosong kami dengan keindahan madumu.
Selamat Malam, Tuan dan
Nyonya di Sebrang Ingatan.
Di bibir senja izinkan saya meminjam waktu
untuk bersiul sambut lewat satu linimasa. Dengan gerak jari menukik lembut
saling berpaut, meluncur lewat emoji sarangheo. Ditemani dengan secangkir kopi
yang mempertemukan kita di satu meja virtual. Sebuah tempat dimana sang
emoticon menjadi persembahan sebagai tanda perkenalan dari Maydearly.
We are in one screen
berlari dari bangku cemas menggedor ribuan ilmu sebagai resep yang
menyempurnakan koefisien aksara agar
serupa mawar di tengah gulma. Diksi sebagai Seni Bahasa semoga menjadi cemilan
menawan di pembuka malam yang elegan. Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan
yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata, dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus
belajar berprosa. Agar tak seperti deret aritmatika null or constant
Diksi sebagai Seni Bahasa untuk Tuan dan
Nyonya. Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa ? Sebab banyak
keindahan dari sebuah kata menjadi prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi bak
irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata
dengan sejuta makna.
Diksi – akar katanya dari
bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi
diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk
menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan
karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah bahasa,
Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi
sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis
yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis
indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis.
Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan
bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa
dengan berbagai genre-nya.
Gambar 4
William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.
Tuan dan Nyonya itulah
sekilas tentang Diksi menurut sejarah dan Istilah.
Nah, apakah Diksi itu penting ? Sebagaimana
Bahasa Indonesia memiliki sastra, bagi saya pribadi Diksi teramat penting.
Dimana sebuah karya akan bernilai epic apabila ia menyadur diksi yang menarik.Diksi
adalah bagian dari seni sebuah bahasa. Diksi adalah pelengkap suatu
sastra.Patut kita jaga agar tidak tergilaa oleh bahasa slanky. Diksi bukanlah
gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan
menarik hingga mampu memikat hati pembaca
Di benak saya, saya berkeyakinan jika Tuan
dan Nyonya merasa ragu, apakah kami bisa berdiksi?Jawabannya 'of course'.
Lantas bagaimana kita bisa menghasilkan kalimat dengan paduan diksi yang
mempesona ? Di sini, saya akan membagi Tips kepada Tuan dan Nyonya agar
memahami cara mudah menulis kalimat dengan diksi yang ciamiiik
Pada pori-pori angin yang dingin, aku
pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense of Smell adalah
menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita
lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra
penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi
prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Remah-remah kata terucap semanis
karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap
asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin
4. Sense of Sight adalah
menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t
tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca
(dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa
“melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan
membayangkannya. Prinsip utama dan
manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya,
ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara di
tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar
luka yang menganga
5. Sense of hearing
adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara
di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu
tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang
menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara.
Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih
berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan
membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku padamu seperti angin yang berlalu
begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang
cedera
Yang paling sulit dari menulis adalah memulai dari kata pertama/ awal paragraf. Dalam kesulitan itu, mari kita buat sederhana dengan melibatkan ke 5 panca indra yang ada di tubuh kita. Yakin masih sulit ? Yakin tidak bisa berdiksi ?
Yuk ganti kata itu menjadi Yakin saya
mudah melahirkan tulisan, Yakin tulisan saya sangat indah untuk dibaca.
Komentar
Posting Komentar